Bukan hanya untung, tentu yang namanya investasi tidak akan luput dari kerugian. Asal kerugian biasanya terjadi dari dua hal: Cara investasi dari investor yang salah, atau instrumen investasinya yang tidak bagus.
Untuk itu, pada artikel kali ini kita akan membahas bagaimana menghindari 2 penyebab kerugian tersebut agar tidak salah jalan.
Pemilihan investasi yang buruk
Bagi investor pemula seperti saya yang belum ada pengalaman sama sekali di bidang investasi, wajar saja jika memilih instrumen yang kurang baik. Misalnya, ketika memilih Reksa Dana, saya hanya memilih berdasarkan rekomendasi teman dekat saja tanpa melihat sendiri sejarah kinerja produk Reksa Dana itu serta track record manajer investasinya.
Namun, jika Anda sudah menggunakan Bibit, seharusnya masalah ini bisa lebih dihindari. Sebab di Aplikasi investasi modern tersebut, seluruh reksa dana sudah dibantu dipilihkan dengan baik dan akan termonitor setiap waktu.
Artinya, jika Anda menggunakan Bibit, pemilihan investasi yang buruk akan lebih mudah dihindari. Namun, ini belum jamin keuntungan, karena masih ada sebab kerugian yang kedua.
Strategi Investasi yang Buruk dari Investor
Alasan kedua, strategi yang buruk dari investor. Meski produk investasi sudah baik, tapi bila salah dalam menggunakannya, maka bisa berujung kerugian juga. Ibarat punya mobil mewah, tapi tidak bisa mengemudikannya dengan baik.
Strategi yang buruk biasanya terjadi ketika investor tidak punya tujuan investasi. Akhirnya, bukannya investasi, malah maunya untung cepat dalam jangka pendek.
Misalnya seorang investor membeli Reksa Dana Saham dengan harga Rp.1,000/Unit, kemudian dalam waktu 1 minggu, harganya sudah naik jadi Rp.1,050/Unit atau sudah untung sebesar 5%. Bila total uang yang ia gunakan untuk membeli sebesar 10 juta rupiah, maka bila untungnya 5%, ia sudah dapat 500 ribu.
Merasa untungnya lumayan besar, biasanya investor tergoda untuk langsung jual. Setelah jual, tidak lama kemudian, harga Reksa Dana turun dari Rp. 1,050/unit menjadi Rp. 1,030/unit. Nah, di poin ini investor yang sudah jual, tertarik untuk beli lagi, dengan harapan harga bisa naik lagi.
Eh, begitu di beli di harga 1,030/unit, tau - taunya malah lanjut turun ke 1,015/unit. Tidak sesuai dengan harapan sebelumnya, maka investor itu kembali menjual dengan menanggung kerugian karena takut harga semakin turun. Akhirnya, keuntungan yang sudah didapat sebelumnya malah jadi berkurang atau bisa habis semua.
Perlu diketahui, kenaikan/penurunan sementara tidak mempengaruhi harga Reksa Dana dalam jangka panjang. Harga bisa saja terus naik, apabila fundamental dari Reksa Dana tersebut baik. Namun, sangat sulit menebak dengan tepat dalam jangka pendek.
Instrumen investasi seperti Reksa Dana, tidak cocok dijadikan tempat mencari untung singkat, melainkan untuk menaikan kekayaan dalam jangka panjang. Ini kenapa punya tujuan investasi itu sangat penting, sehingga kita tidak akan menjual sampai tujuan investasi tercapai.
Tidak perlu khawatir harga turun dalam jangka panjang, asalkan kita sudah punya produk Reksa Dana yang baik. Reksa dana yang baik akan mengikuti kenaikan pasar yang berdasarkan sejarah terus naik dalam jangka panjang.
Sumber : Bibit